Nongsa Dam yang terletak di Kelurahan Sambau Kec. Nongsa tampak mulai kekeringan akibat musim kemarau |
Kemarau panjang yang melanda Batam beberapa bulan terakhir berdampak pada ketersediaan air baku yang ditampung di lima dam. Dam-dam yang diandalkan sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat Batam semakin surut. Dam Sei Harapan airnya tidak lagi seluber dulu, begitupula dengan Dam Nongsa.
Dam Nongsa yang terletak di Kelurahan Sambau bahkan diprediksi akan berhenti beroperasi bila dalam waktu 10 hari ke depan hujan tidak kunjung turun. Sejak akhir Desember 2014, hujan memang semakin jarang mampir ke Batam. Kalaupun turun hujan, intensitasnya rendah dan hanya membasahi sebagian wilayah Kota Batam.
“Sejak Desember 2014 air baku di Nongsa Dam Kelurahan Sambau terus menurun. Untuk Periode 13 April hingga 19 April 2015 air kembali turun sekitar 19 sentimeter,” ungkap Production Manager PT. Adhya Tirta Batam (ATB), Estiyudo, Senin (20/4).
Akibat air dam yang terus menyusut, produksi air yang diolah di instalasi Nongsa semakin berkurang. Bila saat normal Instalasi Pengolahan Air (IPA) Nongsa dapat mengolah air hingga 60 liter/detik, kini IPA tersebut hanya mampu mengolah 30 liter air/detik karena menyusutnya air baku.
“Akibatnya cakupan pelayanan dari IPA Nongsa juga berkurang. Bila dulu IPA Nongsa sanggup mencukupi seluruh kebutuhan pelanggan di wilayah Nongsa, kini IPA tersebut hanya mampu melayani pelanggan hotel dan resort yang memang cukup banyak menyebar di Nongsa. Pelanggan rumah tangga, airnya terpaksa disuplai dari Duriangkang,” ujar Estiyudo.
Hal senada disampaikan Corporate Communication Manager ATB, Enriqo Moreno. Ia menuturkan, beberapa wilayah yang sebelumnya disuplai air bersih dari IPA Nongsa, kini terpaksa airnya disuplai dari IPA Duriangkang agar kebutuhan air pelanggan tetap terpenuhi. Apalagi jaringan pipa ATB juga sudah interkoneksi.
“Namun meski pipa sudah saling terhubung, dan pelanggan Nongsa tetap mendapatkan air bersih dari IPA Duriangkang, namun kualitas suplai air tidak akan sama. Bila pelanggan Nongsa mendapatkan air bersih dari IPA Duriangkang,berarti pelanggan tersebut akan menjadi pelanggan terujung dan terjauh dari IPA, otomatis air yang mengalir tidak akan sederas bila air disuplai dari IPA Nongsa, bahkan bisa mati total saat jam puncak pemakaian air,” jelas Enriqo.
Dampak tersebut sudah mulai dirasakan oleh sebagian pelanggan yang tinggal di Perumahan Botania. Beberapa pelanggan yang tinggal di perumahan tersebut tidak lagi mendapatkan air dengan intensitas seperti dulu. Terkadang air di Perumahan Botania mengalir kecil, atau bahkan mati total pada saat jam puncak padahal dulu selalu mengalir tanpa hambatan.
“Sebagian Botania memang mendapatkan suplai air dari IPA Nongsa. Mungkin ada baiknya pelanggan mulai lebih hemat air, lebih bijak lagi menggunakan air. Bila IPA Nongsa benar-benar tidak lagi beroperasi, pelanggan memang masih akan mendapatkan air yang disuplai dari IPA Duriangkang, kualitas suplainya tidak akan sama,” tuturnya.
Ia menuturkan, pelanggan yang mendapatkan suplai air dari Duriangkang juga akan terdampak. Air yang sedianya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di wilayah Batu Aji, Batam Centre, Nagoya, Bengkong, Tanjung Sengkuang dan Batu Ampar, kini harus terbagi. Akibatnya aliran air yang akan didistribusikan ke pelanggan yang mendapatkan suplai air dari IPA Duriangkang akan mengecil, bahkan bisa mati total untuk beberapa saat.
“Air baku di Batam memang sangat terbatas dan hanya mengandalkan air hujan yang ditampung di dam. Bila tidak ada hujan, tambahan untuk air baku juga tidak ada. Oleh karena itu, ayo kita lebih bijak lagi menggunakan air,” himbau Enriqo. (hk/r/lim)
Tidak ada komentar
Posting Komentar